Makalah
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Kualitas Laba Perusahaan dan Nilai
Perusahaan
Diajukan untuk memenuhi salah satu
Tugas dalam Menempuh
Mata Kuliah Akuntansi Keuangan
Lanjutan II
Oleh Dosen : H.Endang Herawan,
Drs., M.M
Disusun oleh :
1. Maulina Harris
2. Evianna
3. Rizal . H
Kelas : 3.E
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2016
ABSTRAK
Setiap
perusahaan memiliki tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan
jangka pendeknya adalah menghasilkan laba. Sedangkan tujuan jangka panjangnya
adalah meningkatkan keuntungan kesejahteraan pemilik usaha. Makalah ini
bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba perusahaan
yaitu investment opportunity set, komisaris independen, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional.
Nilai
perusahaan merupakan salah satu indikator untuk melihat apakah suatu perusahaan
merupakan perusahaan yang sehat dan layak dijadikan tempat berinvestasi, dan
menilai perusahaan juga merupakan salah satu tujuan dari pendiri suatu
perusahaan. Pemaksimalan kesejahteraan pemilik usaha dapat dideteksi dari
meningkatnya harga saham atau nilai saham. Memaksimumkan nilai perusahaan
adalah memaksimumkan nilai sahamnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan adalah Return On Asset, Debt Equity Ratio, Dividend Payout Ratio,
Firm Size.
Kata kunci : kualitas
laba perusahaan dan nilai perusahaan
KATA PENGANTAR
ﺒﺳﻢﷲﺍﻠﺮﺍﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺍﺤﻴﻢ...
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena
telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyusun tugas ini.
Tugas ini kami buat dengan segala kekurangannya, namun dikandung
harapan sebagai bahan pembelajaran Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II karena masalah yang akan di bahas
dalam makalah ini mengenai “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
laba dan nilai perusahaan ”
Karya ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok Program Studi Pendidikan Ekonomi, Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II.
Demikian yang dapat kami sampaikan, ada pun
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang kiranya membangun sebagai bahan
masukan kami dalam menyusun makalah selanjutnya.
Dan kami mohon maaf apabila dalam membuat
makalah ini terdapat kekurangan, karena kami menyadari, bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna. Dan tak lupa
pula kami ucapkan terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Cirebon, April 2016
Tim Penyusun
DAFTAR
ISI
ABSTRAK................................................................................................................ i
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3
Tujuan.................................................................................................... 2
BAB
II TEORI DASAR.......................................................................................... 3
2.1
Kualitas Laba......................................................................................... 3
2.2
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan...................................................... 3
2.3
Teori Agensi........................................................................................... 4
2.4
Mekanisme Corporate governance........................................................ 4
BAB
III PEMBAHASAN........................................................................................ 7
3.1
Kualitas Laba Perusahaan...................................................................... 7
3.2
Nilai Perusahaan ................................................................................... 10
BAB
IV PENUTUP.................................................................................................. 14
4.1
Kesimpulan............................................................................................ 14
4.2
Saran...................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................... 15
LAMPIRAN..............................................................................................................
BAB
I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Masalah
Laporan keuangan merupakan proses akhir
dari proses akuntansi yang mempunyai peran penting bagi bagi pengukuran dan
penilaian kinerja sebuah perusahaan. Dalam proses penyusunan laporan keuangan,
informasi yang disajikan harus mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya
agar dapat digunakan oleh para pengguna sebagai dasar pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, kualitas laba menjadi pusat perhatian para pengguna laporan
keuangan yaitu investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi dan pemerintah.
Laba dalam laporan keuangan merupakan indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja operasional perusahaan.
Informasi tentang laba mengukur
keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan.
Menurut Grahita (2001;1), laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi
yang mempunyai sedikit gangguan perception didalamnya dan dapat mencerminkan
kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Semakin besar gangguan persepsian yang
tergantung dalam laba akuntansi, maka akan semakin rendah kualitas laba
akuntansi tersebut. Beberapa penelitian mendukung bahwa manipulasi terhadap
laba juga sering dilakukan oleh manajemen. Pemikiran bahwa pihak manajemen
dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri
didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan setiap orang mempunyai perilaku
yang mementingkan diri sendiri atau self-interested behavior. Keinginan,
motivasi dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham
menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham, antara
lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi.
Penyusunan laba dilakukan oleh manajemen yang lebih mengetahui kondisi didalam
perusahaan, kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah karena manajemen sebagai
pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan di evaluasi dan
dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri.
Rendahnya kualitas laba akan membuat
kesalahan pembuatan keputusan kepada para pengguna informasi sehingga nilai
perusahaan berkurang. Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahaan
antara pihak agen dan prinsipal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik
dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Subramanyam (1996) dalam
Siregar dan Utama (2005) menyatakan bahwa salah satu ukuran kinerja perusahaan
yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang
dihasilkan perusahaan. Laba yang tidak dilaporkan dilaporkan sesuai dengan
fakta yang terjadi dapat diragukan kualitasnya. Laba dapat dikatakan
berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para
pengguna untuk membuat keputusan yang terbaik, yaitu laba yang memiliki
karakteristik relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas atau konsisten
(Sutopo,2009) rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan dalam
pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga
nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz)
1.2 Rumusan
Masalah
- Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas perusahaan ?
- Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan ?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas perusahaan
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan
BAB
II
Teori
Dasar
2.1
Kualitas laba
Kualitas laba dalam akuntansi, merujuk
kepada kemasukakalan seluruh laba yang dilaporkan (Knechel, Salterio, dan
Ballou 2007) dalam Rinawari (2011). Kualitas laba adalah penilaian sejauh mana
laba sebuah perusahaan itu dapat diperoleh berulang-ulang, dapat dikendalikan,
dan lain bank (memenuhi syarat untuk mengajukan kredit/pinjaman pada bank) di
antara faktor-faktor lainnya. Kualitas laba mengakui fakta bahwa dampak ekonomi
transaksi yang terjadi akan beragam diantara perusahaan sebagai fungsi dari
karakter dasar bisnis mereka, dan secara beragam dirumuskan sebagai tingkat
laba yang menunjukkan apakah dampak ekonomi pokoknya lebih baik dalam
memperkirakan arus kas atau juga dapat diramalkan.
2.2 Kualitas
laba dan nilai perusahaan
Bagi perusahaan yang menerbitkan saham
di pasar modal harga saham yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator
nilai perusahaan. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang
kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti
ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba
tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Bagi investor,
laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang
diterbitkan oleh emiten (Boediono, 2005).
Menurut Husnan (2004) nilai perusahaan
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan
tersebut dijual Siallagan dan Machfoed (2006) yang menguji pengaruh kualitas
laba terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing di
BEJ pada periode 2000-2004 menyimpulkan bahwa kualitas laba secara positif
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.3 Teori
Agensi
Teori agensi adalah teori yang
menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal)
yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer,
dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut “nexus of contract” Jensen
dan Mekling (1976). Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak
atas kepentingan mereka sendiri. Para pemegang saham sebagai principal
diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi
mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen mengasumsikan menerima kepuasan
berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan
tersebut.
2.4 Mekanisme
Corporate Governance
2.4.1
Komite Audit,
Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan
Penelitian Xie, Davidson dan Dadalt
(2003) menguji efektivitas komite audit dalam mengurangi manajemen laba yang
dilakukan pihak manajemen. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa komite audit
yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari
tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Penelitian Siallagan dan Machfoedz
(2006) menyatakan bahwa keberadaan komite audit mempunyai pengaruh positif
terhadap kualitas laba dan juga nilai perusahaan yang dihitung dengan Tobin’s
Q. Hal ini member bukti bahwa keberadaan komite audit dapat meningkatkan
efektifitas kinerja perusahaan.
2.4.2
Komisaris
Independen, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan
Hasil penelitian Xie dkk (2003)
menyatakan bahwa persentase dewan komisaris dari luar perusahaan yang
independen berpengaruh negatif secara signifikan terhadap discretionary
accrual . Penelitian Besley (1996) menyimpulkan bahwa komposisi dewan
komisaris dari luar lebih dapat untuk mengurangi kecurangan pelaporan keuangan
daripada kehadiran komite audit. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran
dewan dan karateristik komisaris yang berasal dari luar perusahaan berpengaruh
terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan. Brown dan
Caylor (2004) juga menemukan bahwa perusahaan dengan independent boards mempunyai
return on equity, profit margin dan dividen yield yang lebih tinggi.
2.4.3
Kepemilikan
Institusional, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan
Dalam hubungannya dengan fungsi monitor,
investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan
manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Menurut Lee et al.,
(1992) dalam Fidyati (2004) menyebutkan dua perbedaan pendapat mengenai
inevestor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa
investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner) sehingga
hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan pada
laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika
perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat
melikuidasi sahamnya.
Pendapat kedua memandang investor
institusional sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut
pendapat ini, investor lebih terfokus pada
laba masa datang (future earnings) yang lebih besar relatif dari
laba sekarang. Dalam Fidyati (2004), Shiller dan Pound (1989) menjelaskan bahwa
investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis
investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal
perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan melakukan
monitoting secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan
manipulasi yang dilakukan manajer.
BAB III
Pembahasan
3.1 Kualitas
Laba
3.1.1 Pengertian
Kualitas Laba
Kualitas
laba mengacu pada kemampuan laba yang dilaporkan untuk mencerminkan kebenaran
laba perusahaan, serta kegunaan laba yang dilaporkan untuk memprediksi laba
masa depan. Kualitas laba merupakan informasi penting yang dapat digunakan oleh
publik dan dapat digunakan oleh investor untuk menilai perusahaan. Laba yang
berkualitas dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan sehingga tingginya
kualitas laba yang dimiliki oleh perusahaan dapat membuat keputusan yang
diambil oleh investor adalah tepat. Hal ini dikarenakan sedikitnya gangguan
persepsian dalam laba akuntansi.
Kualitas
laba, menurut Schipper dan Vincent (2003) dalan Sutopo (2009) menunjukkan
tingkat kedekatan laba yang dilaporkan dengan Hicksian income, (yang merupakan laba ekonomik) yaitu jumlah yang
dapat dikonsumsi dalam suatu periode dengan menjaga agar kemampuan perusahaan
pada awal dan akhir periode tetap sama.
3.1.2 Karakteristik
Laba yang Berkualitas
Menurut Chandrarin
(2003), laba yang berkualitas mempunya sedikit atau tidak mengandung gangguan
persepsi didalamnya. Selain itu, laba dikatakan berkualitas jika laba dapat
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Menurut Dechow dan
Schrand (2004), laba yang berkualitas merupakan laba yang memiliki 3
karakteristik berikut ini :
1. Mampu
mencerminkan kinerja operasi perusahaan saat ini dengan akurat
2. Mampu
memberikan indikator yang baik mengenai kinerja perusahaan di masa depan
3. Dapat
menjadi ukuran yang baik untuk menilai kinerja perusahaan.
3.1.3 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kualitas Laba
3.1.3.1 Investments
Opportunity Set
Investments
opportunity set menunjukkan investasi perusahaan atau opsi pertumbuhan.
Kallapur dan Trombley (2001) dalam Evana (2011) menyatakan bahwa kesempatan
investasi perusahaan merupakan komponen penting dari nilai pasar. Hal ini
disebabkan investment opportunity set (IOS) atau set kesempatan investasi dari
suatu perusahaan mempengaruhi cara pandang manajer, pemilik, investor dan
kreditor terhadap perusahaan.
Secara
umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau
peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan
di masa yang akan datang.
3.1.3.2 Komisaris
Independen
Komposisi
dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan
dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi
pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun
laporan keungan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas.
Adanya
komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris
sehingga tercipta good governance di
dalam perusahaan. Komposisi komisaris independen dihitung dengan presentase
jumlah komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam
susunan dewan komisaris.
3.1.3.3 Kepemilikan
Manajerial
Kepemilikan
Manajerial adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif
ikut dalam pengambilan keputusan. Kepemilikan manajerial adalah jumlah
kepemilikian saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan
yang dikelola. Struktur kepemilikan oleh
beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada
akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan
yaitu memaksimalisasi nilai perusahaan. Kualitas laba yang dilaporkan dapat
dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Siallagan dan Machfoed (2006) menyatakan
bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan
cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan
pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri
3.1.3.4 Kepemilikan
Institusional
Kepemilikan
institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan
seperti perusahaan asuransi, bank, dân pensiun dan investment banking. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh
institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak
menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen.
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi
manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan
terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen.
3.2 Nilai
Perusahaan
3.2.1 Pengertian
Nilai Perusahan
Nilai
perusahaan (Value Of The Firm) merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai
oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu
sejak perusahaan didirikan sampai dengan saat ini. Menurut Husnan (2004) nilai
perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor
terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Meningkatnya
nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para
pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan
para pemilik juga akan meningkat.
Harga
saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Tujuan utama perusahaan
menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan
kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Memaksimalkan nilai
perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena
denganmemaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Nilai perusahaan sangat
penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya
kemakmuran pemegang saham.
3.2.2 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Nilai Perusahan
3.2.2.1 Pengaruh
ROA ( Return On Asset ) terhadap nilai perusahaan
Menurut
Van Horne (2005) Return On Asset
merupakan kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan. Semakin besar Return
On Asset suatu perusahaan, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai
perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan asset. ROA Sebagai proksi dari profitabilitas
perusahaan akan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Karena semakin tinggi
profit yang dihasilkan perusahaan maka semakin tinggi pula nilai suatu
perusahaan dimata investor maupun kreditur.
3.2.2.2 Pengaruh
DER (Debt to Equity Ratio) terhadap nilai perusahaan
Debt to Equity Ratio merupakan
perbandingan antara total hutang dengan total modal sendiri (ekuitas). Debt to Equity Ratiomenunjukkan bagian
dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan
utang. Makin tinggi Debt to Equity Ratiomaka
akan menunjukkan semakin besarnya modal pinjaman yang digunakan untuk pembiayaan
aktiva perusahaan. Jika Debt to Equity
Ratioperusahaan semakin tinggi, maka semakin besar financial leverage, dan semakin besar pula proporsi dana kreditur
yang digunakan untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio, maka semakin beresiko bagi perusahaan
(kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar semua hutangnya).
Debt to Equity Ratiosekaligus
menunjukkan struktur modal yang digunakan oleh perusahaan. DER sebagai proksi
kebijakan pendanaan atau kebijakan hutang perusahaan memberikan penurunan nilai
perusahaan, dikarenakan tingginya DER mengindasikan tingkat resiko yang
dihadapi perusahaan, baik beban bunga maupun angsuran pokok dimana akan
mengurangi laba dihasilkan perusahaan sehingga investor lebih menjauhi
perusahaan dengan DER yang tinggi.
3.2.2.3 Pengaruh
DPR (Dividend Payout Ratio) terhadap nilai perusahaan
Dividend Payout Ratio
merupakan indikasi atas persentase jumlah pendapatan yang diperoleh yang
didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas. Dividend Payout Ratioini ditentukan
perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun,
penentuan Dividend Payout Ratioberdasarkan
besar kecilnya laba setelah pajak.
DPR sebagai proksi
kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan berdampak akan menurunnya atau
meningkatnya minat investor guna mendapatkan hak kepemilkan suatu perusahaan
tersebut. Karena deviden mengindikasikan prospek keuntungan yang akan diraih
peruahaan.
3.2.2.4 Pengaruh
FIRM SIZE terhadap nilai perusahaan
Ukuran
perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu
perusahaan yang mengindikasikan kamampuan dalam mengelola tingkat risiko
investasi yang diberikan para stakeholder
untuk meningkatkan kemakmuran mereka. Jika perusahaan memiliki total aset
yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan
(maturity) dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama,
selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih
mampu menghasilkan laba dibanding perusahan dengan total aset yang kecil.
Semakin
besar suatu perusahaan semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh laba.
Dan biasanya investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi terhadap perusahaan
yang besar. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam,
semakin banyak penjual maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut dikenal dalam
masyarakat.
BAB
IV
Penutup
4.1
Kesimpulan
Kualitas laba merupakan sesuatu yang
sentral dan penting dalam dunia akuntansi karena berdasarkan kualitas laba
tersebut profesi akuntansi dipertaruhkan. Apabila kualitas laba yang disajikan
tidak dapat diandalkan maka pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi pada
profesi akuntansi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba adalah investment
opportunity set, komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional.
Nilai perusahaan (Value Of The Firm)
merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai
gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu
proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan didirikan sampai
dengan saat ini. Tujuan dari manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham yang memiliki orientasi untuk kepentingan jangka panjang.
Memaksimumkan kemakmuran berarti memaksimumkan nilai perusahaan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah Return On Asset, Debt Equity
Ratio, Dividend Payout Ratio, Firm Size.
4.2
Saran
Dengan menganalisisnya faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas laba perusahaan sehingga perusahaan dapat mengetahui
ketercapaian serta hambatan-hambatan untuk memaksimumkan kualitas laba. Dengan
kepemilikan manajerial yang baik bertindak sesuai dengan keinginan principal
karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kerja sehingga kualitas laba
meningkatkan ketika kepemilikan manajerial tinggi.
Dengan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan, perusahaan dapat memaksimalkan kesejahteraan
pemilik usaha dengan dapat dideteksi dari meningkatnya harga saham atau nilai
perusahaan. Sehingga apabila nilai perusahaan tinggi, maka akan dapat berdampak
pada tingkat pengembalian return yang lebih tinggi. Bagi pihak manajemen
perusahaan sebaiknya lebih memberikan control agar tidak berdampak menurunkan
nilai perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Yanti Sri Danarwati,
SS., SE., MM., Tujuan Memaksimumkan Nilai Perusahaan.
Christian Paulus &
Drs.P. Basuki Hadiprajitno, Akt, MBA, MSA., 2012, Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Laba.
Djoko Satrio Wiharjo, 2014,
Analisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan.
Surifah, 2010, Kualitas
Laba dan Pengukurannya, Vol.8 No.2.
Rinawati & Paulus
Wardoyo, 2010, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan.
Andri Rachmawati &
Drs.Hanung Triatmoko M.SI., AK, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan.
Yustina Yonatan, 2012,
Pengaruh Masa Penugasan Kantor Akuntan Publik, Kepemilikan Manajerial, dan
Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Kualitas Laba, Vol.1, No.4
How to Play Casino: Easy Guide to playing slots on
BalasHapusCasino 출장안마 games are played by 4 players, the average febcasino time they take https://tricktactoe.com/ turns is around 14:20. novcasino The house is divided into https://octcasino.com/ three distinct categories: the house